Mengenal jam biologis tubuh penting artinya bagi kesehatan, termasuk
bagi mereka yang menderita penyakit jantung. Penelitian menunjukkan,
waktu antara pukul 4 sampai 10 pagi ternyata menjadi saat paling
potensial terjadinya serangan jantung. Hal ini didasarkan pada ritme dan
daur hormon pada tubuh manusia.
"Pada jam segitu produksi adrenalin sedang mencapai puncaknya. Hal ini memicu peningkatan pada beberapa hal yang berbahaya bagi penderita jantung," kata ahli jantung dr. Muhammad Zaini, Sp.JP (K), FIHA pada acara 'Seminar Awam Penyakit Jantung Bisa Diobati', yang diadakan RS. Premier Jatinegara Jakarta pada Minggu (2/6/2013).
Produksi adrenalin yang meningkat, lanjut Zaini, dapat merangsang tekanan darah dan denyut jantung yang lebih cepat. Hal ini mengakibatkan darah yang mengalir dalam pembuluh darah pun lebih cepat.
Padahal, pada penderita jantung koroner (PJK), pembuluh darahnya relatif berukuran lebih kecil. Hal ini diakibatkan oleh penumpukan atau "bisul" berisi lemak, kapur, atau kolesterol di saluran pembunuh darah bagian dalam.
Aliran darah yang lebih cepat mengakibatkan "bisul" berdinding tipis tersebut pecah. Pecahnya dinding bisul berpotensi menimbulkan gumpalan, yang menghambat aliran darah. Akibatnya, asupan darah yang kaya oksigen dan nutrisi tidak bisa mengalir lancar ke dalam jantung.
"Asupan yang terhambat mengakibatkan kematian sebagian otot jantung. Akibatnya fungsi jantung sebagai pompa tidak bisa dilakukan, dan terjadi kegagalan," kata Zaini.
Zaini mengatakan tidak ada gejala khas yang menentukan datangnya suatu serangan. Oleh karena itu, dirinya menyarankan penderita jantung untuk mawas diri.
"Terutama bagi penderita pemula. Sering sakit dada kiri, namun segera hilang bila istirahat bisa menjadi gejala awal. Sediakan selalu aspirin atau cedocard bila sewaktu-waktu terjadi serangan," kata Zaini.
Cedocard dan aspirin merupakan dua obat yang digunakan sebagai pertolongan pertama bagi pasein yang mengalami serangan jantung karena manfaatnya yang dapat melebarkan pembuluh-pembuluh darah jantung.
"Pada jam segitu produksi adrenalin sedang mencapai puncaknya. Hal ini memicu peningkatan pada beberapa hal yang berbahaya bagi penderita jantung," kata ahli jantung dr. Muhammad Zaini, Sp.JP (K), FIHA pada acara 'Seminar Awam Penyakit Jantung Bisa Diobati', yang diadakan RS. Premier Jatinegara Jakarta pada Minggu (2/6/2013).
Produksi adrenalin yang meningkat, lanjut Zaini, dapat merangsang tekanan darah dan denyut jantung yang lebih cepat. Hal ini mengakibatkan darah yang mengalir dalam pembuluh darah pun lebih cepat.
Padahal, pada penderita jantung koroner (PJK), pembuluh darahnya relatif berukuran lebih kecil. Hal ini diakibatkan oleh penumpukan atau "bisul" berisi lemak, kapur, atau kolesterol di saluran pembunuh darah bagian dalam.
Aliran darah yang lebih cepat mengakibatkan "bisul" berdinding tipis tersebut pecah. Pecahnya dinding bisul berpotensi menimbulkan gumpalan, yang menghambat aliran darah. Akibatnya, asupan darah yang kaya oksigen dan nutrisi tidak bisa mengalir lancar ke dalam jantung.
"Asupan yang terhambat mengakibatkan kematian sebagian otot jantung. Akibatnya fungsi jantung sebagai pompa tidak bisa dilakukan, dan terjadi kegagalan," kata Zaini.
Zaini mengatakan tidak ada gejala khas yang menentukan datangnya suatu serangan. Oleh karena itu, dirinya menyarankan penderita jantung untuk mawas diri.
"Terutama bagi penderita pemula. Sering sakit dada kiri, namun segera hilang bila istirahat bisa menjadi gejala awal. Sediakan selalu aspirin atau cedocard bila sewaktu-waktu terjadi serangan," kata Zaini.
Cedocard dan aspirin merupakan dua obat yang digunakan sebagai pertolongan pertama bagi pasein yang mengalami serangan jantung karena manfaatnya yang dapat melebarkan pembuluh-pembuluh darah jantung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar