Sebuah penelitian yang baru saja diterbitkan pada the Journal of the American College of Cardiology menyebutkan bahwa mendengkur dengan obstructive sleep apnea
(OSA) tingkat sedang saja, sudah meningkatkan risiko seseorang alami
sindroma kematian mendadak akibat serangan jantung. Ya, suara ngorok
yang dianggap ‘hanya’ gangguan suara, bisa berakibat fatal!
Sleep Apnea
Sleep Apnea
Mendengkur yang disertai dengan kantuk berlebih di siang hari merupakan gejala utama dari sleep apnea atau henti nafas saat tidur.
Saat tidur saluran nafas pendengkur menyempit hingga, walau gerakan
nafas masih ada, aliran udara terhenti. Henti nafas ini bisa terjadi
lebih dari sepuluh detik. Bahkan tak jarang saya temukan di laboratorium
tidur pendengkur yang alami henti nafas hingga lebih dari 1 menit.
Akibat sesak, penderita sleep apnea akan terbangun tanpa
terjaga untuk bernafas, lalu segera lanjut tidur lagi. Pendengkur tak
menyadari dirinya terbangun-bangun selama tidur. Karena proses tidur
yang terpotong-potong itu, di pagi hari pendengkur merasa kurang segar
dan terus mengantuk sepanjang hari.
Proses henti nafas berulang sepanjang tidur memicu reaksi berantai
yang berlanjut pada peningkatan tekanan darah, kadar gula darah,
kekentalan darah dan tentu pada kesehatan jantung sendiri.
The National Heart, Lung and Blood Institutes memperkirakan sleep apnea
diderita lebih dari 12 juta orang di AS. Jumlah ini diperkirakan akan
terus meningkat dengan bertambahnya epidemi obesitas di sana. Tetapi
hati-hati, untuk ras Asia seperti Indonesia penderita sleep apnea
tanpa obesitas pun banyak. Ini dikarenakan struktur rahang yang sempit
dan leher yang pendek pada ras Asia. Tak semua pendengkur itu gemuk lho.
Penelitian
Penelitian terdahulu dari Mayo Clinic yang diterbitkan pada the New England Journal of Medicine menyatakan bahwa lebih dari setengah pasien mendengkur yang telah terdiagnosa dengan sleep apnea, meninggal akibat serangan jantung antara pukul 22:00-6:00. Artinya, sleep apnea berperan atas serangan jantung yang terjadi.
Kembali pada penelitian yang terbaru, para ahli mengikuti 10.701
subyek selama kurang lebih 5,3 tahun. Selama itu, sebanyak 142 pasien
meninggal dunia akibat serangan jantung mendadak. Kebanyakan dari
pasien-pasien tersebut berusia lebih dari 60 tahun dan mengalami henti
nafas lebih dari 20 kali perjam saat tidur serta memiliki kadar oksigen
terendah kurang dari 78 persen.
Saat saluran nafas tersumbat dalam tidur, pasokan oksigen terhenti
hingga kadar oksigen dalam darah menurun. Penelitian ini tunjukkan bahwa
penurunan kadar oksigen lebih rendah dari 78 persen akan tingkatkan
risiko pasien alami serangan jantung yang mematikan hingga 80 persen.
Jadi sleep apnea bukan saja meningkatkan risiko gangguan kesehatan jantung di malam hari, tapi justru sepanjang hari dan malam.
Tata Laksana
Perawatan sleep apnea dimulai dengan pemeriksaan rutin di
laboratorium tidur untuk mendiagnosa derajat dengkuran. Jika indeks
henti nafas (AHI) kurang dari 5 kali perjam, pasien dinyatakan hanya
mendengkur tanpa sleep apnea. Ini kondisi yang aman. Sementara
AHI 5-15 kali perjam adalah kondisi ringan, 16-30 kali perjam adalah
sedang dan lebih dari 30 dinyatakan sebagai sleep apnea berat.
Umumnya perawatan sleep apnea adalah dengan menggunakan CPAP, berupa
alat yang dihubungkan dengan masker hidung. Alat tersebut akan meniupkan
tekanan positif yang digunakan untuk menyangga saluran nafas agar tak
menyempit selama tidur. Penggunaan CPAP telah diketahui memperbaiki
kondisi jantung, tekanan darah dan kontrol gula darah penderita sleep apnea. Selain CPAP, perawatan sleep apnea juga bisa dilakukan dengan penggunaan dental appliances atau pembedahan.
———————
Perawatan sleep apnea akan meningkatkan kualitas hidup penderitanya, dan juga mencegah terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah.
Ketika ada sahabat atau kerabat yang mendengkur, jangan ditertawakan.
Peringatkan! Anda bisa menyelamatkan nyawanya hanya dengan memberi tahu
bahwa dengkurannya bisa berbahaya bagi kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar