"Harga terapinya sangat mengejutkan. Misalnya untuk harga obat hepatitis C saja, bisa mencapai 2,5 juta per minggu. Ini sudah termasuk 1 kali suntik dan kapsul yang diminum tiap hari," kata Dr.dr. Rino Alvani, SpPD,KGEH, FINASIM, Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia.
Dalam acara temu media bertema 'Waspadai Hepatitis: Kenali, Cegah, Obati' yang diselenggarakan di Hotel Gran Melia, Jl. HR Rasuna Said Kav X-0 kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (20/6/2013), dr Rino menjelaskan bahwa serupa dengan pengobatan hepatitis C, biaya obat hepatitis B juga tak jauh berbeda.
Harga ini masih belum seberapa jika hati yang terserang hepatitis dibiarkan begitu saja lalu berkembang menjadi sirosis, yaitu mencapai Rp 850 juta. Jika sampai mengalami kegagalan hati dan terpaksa menjalani transplantasi hati, biayanya bisa membengkak sampai Rp 2 miliar.
Untuk menjalani pemeriksaan hati, dokter biasanya menggunakan 2 cara, yaitu cara yang lama dan baru. Cara yang lama menggunakan biopsi, yaitu dokter menusuk samping kanan perut pasien lalu mengambil sampel jaringan hati untuk diperiksa. Biayanya bisa mencapai sekitar Rp 600 ribu.
Cara kedua yang lebih modern bisa menggunakan alat yang disebut FibroScan. Alat ini menggunakan gelombang untuk mendeteksi tingkat kekerasan hati. Semakin keras hatinya, artinya penyakit sirosis hati yang dialami semakin parah. Biaya yang dibutuhkan untuk menjalani pemeriksaan ini sedikit lebih mahal, yaitu sekitar Rp 850 ribu.
"Berbeda dengan biopsi yang invasif, FibroScan tidak invasif dan hanya perlu waktu beberapa menit saja hasilnya langsung kelihatan. Sedangkan biopsi perlu waktu 2 minggu dan tak boleh dilakukan sering-sering, paling cepat 3 bulan sekali kalau benar-benar perlu. FibroScan bisa dilakukan setiap saat," jelas dr Rino.
Sayangnya, berbeda dengan penyakit HIV dan thalassemia yang juga berbiaya mahal, pengobatan hepatitis tidak gratis. Untungnya pada pemilik ASKES, biaya pengobatan hepatitis dapat ditanggung, jadi bisa amat meringankan. Sedangkan bagi mereka yang tak memiliki asuransi, tentunya akan terasa amat memberatkan.
Oleh karena itu, untuk mencegah penularan hepatitis, pemberian vaksinasi mutlak diperlukan. Vaksinasi sebaiknya dilakukan saat bayi dan bisa berlaku seumur hidup. Sayangnya, vaksinasi yang ada baru ditujukan untuk hepatitis B yang memang paling banyak di Indonesia sekaligus paling berbahaya. Sedangkan untuk hepatitis C belum ditemukan sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar